Valentino Rossi

Valentino Rossi Kewarganegaraan Italia Tanggal lahir 16 Februari 1979 (umur 30) Tempat lahir Urbino, Pesaro e Urbino, Italia Website fanclubvalentinorossi.com MotoGP Record Tim sekarang Fiat Yamaha Team Nomor motor 46 Juara Dunia 8 125cc - 1997 250cc - 1999 500cc - 2001 MotoGP - 2002, 2003, 2004, 2005, 2008 Start 220 Menang 101 Podium 159 Pole position 55 Lap tercepat 80 Poin kejuaraan 3785 2009 Championship position 1st (176 pts) Valentino Rossi (lahir di Urbino, Italia, 16 Februari 1979; umur 30 tahun) adalah seorang pembalap di balap grandprix motor dunia setelah era Michael Doohan, dengan titel juara dunia di empat kelas yang berbeda yang diraihnya dalam waktu tujuh tahun berkarir.Putra dari mantan pembalap GP 250 cc Graziano Rossi dan Stefania Palma ini memegang banyak rekor dan prestasi yang diraihnya melampaui banyak seniornya. Total pembalap eksentrik ini membukukan 8 gelar juara dunia, sekali di kelas 125cc, sekali di kelas 250cc, dan enam kali di kelas puncak, 500cc dan MotoGP Daftar isi [sembunyikan] 1 Lahir untuk balap 2 Entertainer 3 Julukan Rossi 4 Pindah ke Yamaha 5 Orang lain tentang Rossi 6 Prestasi 7 Pranala luar [sunting] Lahir untuk balap Rossi memang dilahirkan untuk menjadi pembalap, Ia tumbuh dilingkungan yang sangat mendukung karirnya. Ayahnya, Graziano Rossi adalah seorang pembalap besar dimasa ’70-an. Otomatis ia besar dilingkungan yang kental atmosfer balap. Ketika anak-anak seusianya asyik dengan mainannya, Rossi bermain dengan motor balap sungguhan di tengah paddock pembalap ternama Luca Cadalora ataupun Loris Reggiani. [sunting] Entertainer Saat pertama bergabung di Gp 500cc bersama tim bekas Doohan, yang dikepalai oleh seorang mekanik handal Australia bernama Jerremy Burgess, suasana paddock sangat terpengaruh perangai Doohan yang temperamental. Semua mekanik dan staff tim tampak serius dan cenderung penuh tekanan. Suasana ini buat Rossi sungguh tak masuk akal, menurutnya ia tak bisa membayangkan membalap tanpa merasa fun, kemudian waktu ia mulai menang, ia bertekad untuk merayakan besar-besaran, menurutnya ia cuma ingin melakukan sesuatu yang baru, menunjukkan emosi memenangkan balap. Sejak saat itulah, pesta kemenangan jadi ciri khasnya. Tak hanya bersama teman, juga ribuan pendukungnya yang memadati sirkuit. Dengan aksi-aksinya, Rossi bagaikan magnet yang menarik orang untuk menonton GP. Para pecinta GP tentu masih ingat akan aksinya memboncengkan fansnya yang berkostum ayam berkeliling sirkuit, aksinya memboncengkan fans yang berpakaian dokter, ia juga pernah membonceng angka satu raksasa sebagai simbol juara dunia, juga aksi wheelie dan burnout nya yang sudah tak terhitung setiap memperoleh kemenangan. Ia juga kerap memberikan kneepad atau topi nya kepada fansnya dengan melemparnya saat berada di podium. “Valentino itu petarung hebat. Tetapi ia juga tahu kalau kita berada ditengah bisnis hiburan. Jadi ia juga suka menghibur,” kata Burgess. [sunting] Julukan Rossi Dalam perjalanan balapnya rossi kerap berganti julukan dan melakukan hal-hal yang menarik perhatian dan menghibur. Ia beralasan bahwa semuanya itu dilakukan dimulai dengan niat bersenang-senang dan melakukan sesuatu yang lucu. Rossifumi Julukan Rossi yang diciptakan oleh temannya saat Rossi membalap di kelas 125cc julukan ini tercipta karena Rossi kagum dengan pembalap Jepang yang khas dengan rambut panjangnya, Norick Abe yang saat itu berumur 17 tahun dan dengan gigih bertarung dengan Michael Doohan dan Kevin Scwantz dikelas 500cc, karena nama asli pembalap Jepang itu Norifumi Abe maka Rossi dijuluki Rossifumi.Tahun 2004 Rossi dan Abe sama-sama membela Yamaha berada dalam beda tim namun satu grafis,yaitu dominasi warna biru.Rossi berada di tim Gauloises Fortuna Yamaha Team sedangkan Abe bernaung di Fortuna Gauloises Tech 3 Yamaha Team. Valentinik Julukan ini berasal dari tokoh kartun Daffy Duck yang menjadi superhero yang di Italia bernama Paperinik. Julukan ini dipakainya pada saat membalap di kelas 250cc. The Doctor Setelah naik ke kelas 500cc pada musim 2000 Rossi menjuluki dirinya dengan The Doctor karena membalap di kelas 500cc butuh keseriusan dan ia merasa dirinya bukan anak kecil lagi, selain itu ia juga menyukai ide sebagi illmuwan gila dan melakukan eksperimen edan, ia menganggap pantas memakai julukan itu setelah mendapatkan prestasi sebagai juara dunia.”Di balap 500cc kita tidak butuh superhero. Yang kita perlukan cuma tenang, kalem, dan pemikir seperti dokter,”ucapnya. Disamping itu, nama Valentino di Italia kebanyakan digunakan oleh para dokter. Ia juga mulai mengurangi perayaan kemenangan yang dianggapnya sudah tak pantas ia lakukan. “Cukup dengan melambai seperti pembalap lain, lalu malamnya pesta habis-habisan bareng sahabat-sahabat saya.” [sunting] Pindah ke Yamaha pada akhir musim 2003 menjelang musim 2004 Valentino Rossi membuat keputusan yang mengejutkan. Ia memutuskan hijrah dari tim yang dibelanya waktu itu yaitu tim pabrikan Honda, Repsol Honda HRC yang telah mengantarkan dirinya meraih juara dunia 2002 dan 2003 serta membawa Doohan merebut juara dunia 1994, 1995, 1996, 1997, 1998 juga Alex Criville menjadi juara dunia 1999. Rossi memutuskan meninggalkan tim super tersebut dan memilih bergabung bersama tim Yamaha, yang terakhir meraih juara dunia pada tahun 1992 melalui pembalap Wayne Rainey. Rossi tidak pindah ke tim Yamaha sendirian, ia juga membawa Jerremy Burgess, kepala mekaniknya yang dahulu juga menangani Doohan dan Criville. Mereka melakukan serangkaian tes membenahi teknologi motor Yamaha YZR M1 milik Rossi agar mampu menandingi motor terkuat di MotoGP saat itu, RC211V milik Honda. Mengenai kepindahannya ini, banyak yang tak mengira dan pesimis ia akan mampu mempertahankan gelar juaranya. Salah satu pernyataan pesimis datang dari Max Biaggi, musuh bebuyutannya mengatakan, “Aku tak menyangka ia pindah ke Yamaha, tapi bagaimanapun juga akan sulit mengalahkan Honda. Bahkan Rossi sendiri kurang optimis ia mampu mempertahankan juara dunianya. “Kami membutuhkan waktu untuk tampil kompetitif, untuk menang pada musim pertama bersama Yamaha jelas sangat sulit”. Tapi ia mementahkan semua pandangan pesimis tersebut. bahkan pada seri pertama musim 2004 di GP Welkom, Afrika Selatan ia mengalahkan Max Biaggi yang mengendari motor Honda, meskipun dengan perlawanan yang sangat ketat, dengan motor yamaha, yang terakhirnaik podium tahun 1992 !! bahkan pada tahun 2004 dan 2005 Rossi menjadi juara dunia bersama Yamaha! dan menjadi pembalap yamaha pertama yang paling banyak juara dalam satu musim (rossi juara 9 kali pada musim 2005) [sunting] Orang lain tentang Rossi Mick Doohan: “Dia melakukannya (membalap) jauh lebih serius daripada saya.” Max Biaggi: “Bagaimana mungkin tahun pertama dia hanya finish sembilan kali dan tiba-tiba bisa mendominasi seperti itu ?. Semua pembalap berpendapat sama: mereka (Honda) memberinya motor hebat, dan cuma dia yang dapat. Mereka melakukan apa saja untuk membuat orang itu menang.” Randy Mamola: Jika ada balapan dan semua pembalap memakai motor dengan teknologi dan mesin yang sama, juaranya akan tetap motor kuning bernomor 46. VALENTINO ROSSI ! Michael Schumacher: “Rossi akan meraih kesuksesan seperti sahabat saya Michael Doohan. Dia pemuda berbakat dan bisa melakukan apa saja dengan motornya.” [sunting] Prestasi 1985 Go-kart pertama. 1989 Debut balap karting 60cc. 1990 Juara kejuaraan karting regional 60cc, menang sembilan kali. 1991 Peringkat 5 di Kejuaraan Junior go-kart Italia ; pertama terjun dalam balapan minimoto. 1992 Juara Italian minibike Endurance. 1993 Peringkat 12 Italian 125cc Sport Production championship, dengan motor Cagiva. 1994 Juara Italian 125cc Sport Production, dengan motor Cagiva. 1995 Juara nasional Italia 125cc; peringkat 3 125cc Kejuaraan Eropa; peringkat 11 di Kejuaraan, Spanish Open 125cc semuanya dengan motor Aprilia. 1996 Peringkat 9 Grandprix 125cc, Scuderia AGV, peringkat 10 kejuaraan Eropa 125cc dengan motor Aprilia. 1997 Juara Dunia Grandprix 125cc, Nastro Azzurro Aprilia, Meraih 11 kemenangan dari 15 balapan, Termasuk menjuarai GP di sirkuit Sentul. 1998 Runner up Grandprix 250cc, Nastro Azzurro Aprilia. 1999 Juara Dunia Grandprix 250cc, Aprilia Grand Prix. 2000 Runner up Grandprix 500cc, Nastro Azzurro Honda. 2001 Juara Dunia Grandprix 500cc, Nastro Azzurro Honda. 2002 Juara dunia Motogp, Repsol Honda Team. 2003 Juara dunia Motogp, Repsol Honda Team. 2004 Juara dunia Motogp, Gauloises Fortuna Yamaha team. 2005 Juara dunia Motogp, Gauloises Yamaha team. 2006 Runner Up Motogp, Camel Yamaha team. 2007 Peringkat 3 Motogp, Fiat Yamaha team. 2008 Juara dunia Motogp, Fiat Yamaha team. 2009 Juara dunia Motogp, Fiat Yamaha team.

Wladimir Klitschko

Wladimir Klitschko From Wikipedia, the free encyclopedia Jump to: navigation, search Question book-new.svg This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding reliable references. Unsourced material may be challenged and removed. (June 2009) Wladimir Klitschko Wladimir Klitschko.jpg Statistics Real name Volodymyr Volodymyrovych Klychko Nickname(s) Dr. Steelhammer & Iron Man Rated at Heavyweight Nationality Ukrainian Birth date 25 March 1976 (1976-03-25) (age 33) Birth place Semipalatinsk, Kazakh SSR, Soviet Union Stance Orthodox Boxing record Total fights 56 Wins 53 Wins by KO 47 Losses 3 Olympic medal record Competitor for Ukraine Men's boxing Gold 1996 Atlanta Super heavyweight European Amateur Championships Silver 1996 Vejle Super heavyweight Wladimir Klitschko (pronounced /ˈvlædɨmɪr ˈklɪtʃkoʊ/; Ukrainian: Володимир Кличко, Volodymyr Klychko; born 25 March 1976, Semipalatinsk, Kazakhstan) is a Ukrainian heavyweight boxer. Klitschko currently holds the IBF, WBO, IBO and Ring Magazine world heavyweight titles. His older brother, Vitali Klitschko, is the current WBC world heavyweight champion. Contents [hide] * 1 Biography * 2 Boxing career o 2.1 Amateur career o 2.2 Professional career * 3 Other interests * 4 Professional boxing record * 5 References * 6 External links [edit] Biography He was born in Semipalatinsk, Kazakh SSR (now Kazakhstan). Though a major celebrity in his former adopted home of Germany, he moved with his older brother Vitali to Beverly Hills in 2004. Their father, Vladimir Rodionovich, was a Soviet Air Force Colonel. Their mother is Nadezhda Ulyanovna. In the summer of 1996, Klitschko finished Pereyaslav-Khmelnitsky Pedagogical Institute (Ukraine) and was accepted in the postgraduate study program of Kiev University. On 18 January 2001 in a conference hall of Kiev University of physical science and sports, Klitschko presented his doctorate dissertation and was awarded a Ph.D. in Sports Science. Klitschko speaks four languages: English, Russian, Ukrainian, and German. At the beginning of his professional career, he began spelling his name Wladimir. The Ukrainian version of his name is Volodymyr (Володимир), which in Russian is Vladimir (Владимир).klitchsko's a sap [edit] Boxing career [edit] Amateur career In 1993, Klitschko won the Junior European Championships as a heavyweight. In 1994, he received 2nd place at the Junior World Championships in Istanbul, Turkey. In 1995, he won the gold medal at the Military Championships in Ariccia, Italy, defeating Luan Krasniqi, who he had lost to in the third round of the World Championships in Berlin, Germany earlier that year. In 1996, he captured 2nd place as a Super Heavyweight at the European Championships in Vejle, Denmark. Known as "The Steel Hammer," Klitschko first achieved world attention at the 1996 Summer Olympics in Atlanta, Georgia. He defeated Paea Wolfgramm to win the Super-Heavyweight gold medal. He is now announced as "Dr. Steel Hammer," a name more in the vein of his brother, Vitali, who goes by "Dr. Ironfist." [edit] Professional career Klitschko turned professional with Universum Box-Promotion in Hamburg under the tutelage of Fritz Sdunek. He suffered his first setback after 24 bouts without a loss to journeyman Ross Puritty, who entered the bout with a record of 24-13-1 [1]. On 14 October 2000, in Cologne's Kölnarena (Germany), Klitschko won the WBO Heavyweight Championship from American Chris Byrd. After five successful defenses of the WBO belt, Klitschko suffered a 2nd round upset TKO loss to Corrie Sanders on 8 March 2003, in Hannover, Germany. After winning two minor bouts in Germany and enlisting the services of legendary boxing trainer Emmanuel Steward, Klitschko again fought for the vacated WBO title on 10 April 2004, in Las Vegas, against Lamon Brewster. Klitschko sent Brewster to the canvas in the fourth round; however, things turned around in the fifth when Brewster began landing punches. Near the end of the round, Klitschko was floored by a right hand. Barely beating the count, Klitschko fell back to the canvas looking exhausted. Wladimir Klitschko boxing Hasim Rahman, 2008 On 22 April 2006, in Mannheim, Germany, Klitschko again defeated Chris Byrd, this time by technical knockout, in a contest for the IBF Heavyweight Championship. Referee Wayne Kelly stopped the fight in the seventh round after a knockdown—Byrd beat the count, but his face was battered and bloody, and the fight was waved off. Klitschko then defeated mandatory challenger Ray Austin on 10 March 2007, at the SAP Arena in Mannheim, Germany by a second-round knockout with four consecutive left hooks to Austin's head. Klitschko did not use his right hand once during the fight, doing all his work with his left jab and left hook. Klitschko then avenged one of his previous losses as he defeated Lamon Brewster on 7 July 2007, in Cologne, Germany. Brewster's corner asked the referee to stop the fight at the end of the sixth round. It was later revealed that Klitschko fought most of the fight with a broken middle finger on his left hand. Klitschko defeated WBO Heavyweight Champion Sultan Ibragimov at Madison Square Garden in New York City on 23 February 2008 to unify the IBF and WBO heavyweight titles. The Klitschko-Ibragimov fight was the first heavyweight unification since Holyfield-Lewis in 1999. On 12 July 2008, at the Color Line Arena in Hamburg, Klitschko defeated Tony Thompson by eleventh round knockout. Klitschko was scheduled to defend his titles against Alexander Povetkin later in 2008,[1] but on 25 October, Povetkin withdrew from the fight due to an ankle injury. Instead, Klitschko faced Hasim Rahman on 13 December 2008 and won by TKO. This was the third time Klitschko fought at the SAP Arena in Mannheim, Germany. He dominated the fight, winning every round while making good use of his left jab. The referee finally called a stop to the contest in the 7th round after Rahman failed to respond to a series of good shots. The brothers have been quoted saying that it is only a matter of time until they unify the WBA title belt which is currently held by David Haye. If they achieve this feat, the Klitschko brothers will become the first brothers in heavyweight boxing history to simultaneously hold all of the belts. On 20 June 2009, Klitschko retained the IBF, WBO, IBO world heavyweight titles and also won the vacant Ring Magazine heavyweight title by defeating Ruslan Chagaev when Chagaev retired after an onslaught of punches towards the end of the ninth round. As Chagaev was WBA champion in recess, the title was not on the line.

John Petrucci

PROFIL JOHN PETRUCCI 13 February 2009 : : 2 Comments “Salah Satu Dewa Gitar yang melaju di jalur Progressive Metal” Click for larger version Nama Lengkap: John Peter Petrucci Website Resmi: JohnPetrucci.com Group Band Sebelumnya: Majesty Gitar: Ernie Ball Musicman, Ibanez Tempat Lahir: Long Island, New York 12 Juli 1967 Pengaruh Permainan: Steve Morse, Allan Holdsworth, Yngwie Malmsteen, Metallica, Eddie Van Halen Zodiac: Cancer Tempat Tinggal: New York Status: Menikah Keahlian: String Skipping, Chromatic Scales, Arpegio, Matrix Modulation, Tapping, dll… John besar di Long Island, tepatnya di King park, dimana dia, john myung & Kevin moore bersekolah bersama. John mulai Belajar gitar ketika masih berumur 12 tahun (sebelumnya dia pernah belajar ketika berumur 8 tahun tetapi menyerah ketika Dia melihat kakak perempuannya harus begadang tiap malam belajar main organ. Dia tidak merencanakan untuk menjadi seperti Itu, Dia belajar gitar sepulang sekolah dan akhirnya dia menjadi tidak tertarik lagi). Namun dia mulai banyak terpengaruh Oleh permainan gitar dari gitaris semacam yngwie malmsteen, randy rhoads, iron maiden, steve ray Vaughn, dan grup besar Semacam yes, rush, Dixie dregs dan lain lain dia mulai bertekad untuk mencapai level permainan seperti mereka. Sebagaimana kemunculan musik trash metal yang membuat John tertarik, maka John juga memperluas influence nya dengan Mendengarkan Metallica & Queensryche. John merasa membutuhkan tantangan yang lebih dalam tehnik guitar oleh karena itu Dia banyak mengadaptasi hammering speed & melodic style dari gitaris-gitaris seperti Steves (Steve Morse & Steve Vai), The Als (Allan Holdsworth & Al Dimeola) Mike Stern, Joe Satriani, Neal Schon & Eddie Van Halen. Pendidikan musiknya dimulai dengan berbagai kelas teori musik yang dia ambil ketika high school. Dia belajar secara otodidak, tetapi Dia sempat menerima beberapa pelajaran gitar yang dia ambil ketika dia masuk ke Berklee College of Music di Boston, dimana dia Mempelajari komposisi jazz dan harmoni. Ketika di Berklee John Petrucci dan John Myung yang juga belajar di berklee bertemu dengan Mike Portnoy, dan mereka mulai membuat band yang diberi nama Majesty yang nantinya kemudian berganti nama menjadi Dream Theater. John sudah merekam 7 album dengan Dream Theater, dan dia juga banyak terlibat dengan beberapa proyek sampingan seperti Liquid Tension Experiment Dengan Tony Levin, Age of Impact, dan bahkan game Sega Saturn yang disebut Necronomicon, dan juga terakhir dia terlibat dalam proyek G3 Bersama Joe Satriani dan Steve Vai. Kecintaan dia pada menulis lirik dikombinasikan dengan gaya komposisi yang unik dari progressive fusion Mengasah bentuk musik dari Dream Theater. John tinggal bersama istrinya Rena, dan 3 anaknya SamiJO, Reny, dan Kiara di New York. Ketika dia tidak bermain gitar dia banyak menghabiskan Waktunya dengan istri dan anak-anaknya dengan bermain skating, bersepeda, berolahraga dan menonton film. John sedang merencanakan membuat solo albumnya yang pertama. Lagu-lagu barunya yang dia mainkan ketika bersama G3 juga akan ada di solo album tersebut: Jaws of Life , Damage Control and Glasgow Kiss. Dia melibatkan beberapa musisi seperti Dave LaRue pada bass, Dave DiCenso dan Tony Verderosa pada drum. John Petrucci merupakan salah satu motor dari Dream Theater, super grup band yang sudah sangat mendunia. Peranan di dalam tubuh Dream Theater lebih didominasi oleh John Petrucci dan Mike Portnoy misalnya saja dalam pembuatan lagu dan produksi. Dialah John Petrucci….sosok yang sangat powerfull ketika dia memainkan gitarnya di atas panggung. Skill dan kualitas musiknya sudah tidak di ragukan lagi sehingga dia pantas untuk mendapat julukan dewa gitar. Aktivitasnya sekarang ini masih disibukkan dengan tour-tour keliling dunia bersama grup band yang ia besarkan. Setelah setahun tour, biasanya John Petrucci juga mulai mempersiapkan konsep-konsep baru untuk mengisi album terbaru Dream Theater setelah album studio ke 9 Dream Theater muncul di tahun 2007 silam bertitle Systematic Chaos dan dilanjutkan dengan Chaos in Motion di tahun 2008 yang merupakan materi-materi tour keliling dunia. Jadi , kita tunggu saja album terbaru Dream Theater, atau barangkali saja solo album John Petrucci juga ikut muncul… So, Keep on Metal…… Tags: album, damage control, dewa, dewa gitar, dream, dream theater, experiment, g3, gitar, gitaris, glasgow kiss, jazz, joe, john, liquid, majesty, metal, metallica, mike, otodidak, petrucci, progressive, satriani, solo, speed, tension, theater, trash

Tata Surya dan Alam Semesta

Supernova NEW YORK, KAMIS — Kilatan cahaya terang di langit yang mengejutkan astronom Denmark, Tycho Brahe, lebih dari 400 tahun lalu bukanlah sesuatu yang aneh. Setidaknya setelah tim ilmuwan mengungkap rahasia di balik terjadinya peristiwa yang jarang terlihat kasat mata tersebut. Sejauh ini, para ilmuwan yakin bahwa cahaya terang tersebut berasal dari ledakan bintang atau supernova. Namun, apa jenis supernova yang menyebabkannya masih menjadi teka-teki alam sampai kini.

Vatikan

Wisata Vatikan Negara dalam Negara Vatikan merupakan Negara terkecil di Dunia, dengan luas wilayah kurang dari 1 km², atau haya 0,44 km². Namun, Vatikan memang menjadi sebuah negara yang independen dan berdaulat seperti layaknya negara-negara besar lainnya. Hanya saja negara ini identik dengan Katolik Roma, yang secara hirarki dipimpin oleh pemegang tertinggi kedaulatan Pope Benedict XVI. Untuk mencapai Kota Vatikan dari pelabuhan laut Chivitavechia, dimana penulis memulai perjalanan, memerlukan waktu tempuh satu jam. Waktu yang sama diperlukan baik menggunakan bis atau kereta api. Tetapi bepergian jarak jauh pada hari-hari tertentu khususnya hari Minggu, mesti memperhatikan jadwal kereta atau bus. Karena jadwal kereta pada hari kerja berbeda dan terkadang tidak beroperasi pada hari libur atau hari Minggu. Walau beroperasi juga jadwalnya di perjarang karena jumlah pengguna jasa berkurang. Vatikan merupakan atraksi wisata nomer satu dari Kota Roma. Dan merupakan bagian dari setiap paket wisata selain kunjungan pada tempat-tempat lainnya seperti Colosium, City Square, piramida Roma dan tempat-tempat lain yang tidak kalah nilai sejarahnya. Vatikan tidak hanya punya sejarah yang panjang dan kegemilangan sejarah ini masih hidup sampai sekarang dan terpakai. Lapangan Santo Petrus Tidak seperti bagunan-bangunan lain yang berupa puing dan monumen. St.Peter’s Square yang berarsitektur cemerlang akan membuat setiap pengunjung terdecak kagum. Pilar-pilar besar di kedua belah Basilika. Demikian juga keberadaan monumen Obelisk yang dipercaya sebagai perwujudan dari jalan menuju ke surga, atau di mesir kuno merupakan lambang dari dewa matahari. Vatikan yang hanya berpenduduk kurang dari seribu jiwa ini dibanjiri ribuan turis dan pesiarah setiap harinya. Karena ruangan yang terbuka dengan lebar 240 meter dan panjangnya 340 meter, pengamanan juga tidak begitu ketat. Hanya disarankan tidak membawa benda-benda tajam. Polisi pengamanan terlihat di berbagai sudut, tetapi tidak mencolok. Anjing pelacak dan polisi berkuda juga ikut menjaga ketertiban dari lapangan yang bisa menampung 250,000 orang. Bangunan utama adalah Papal Basillica Santo Petrus. Bangunan yang berusia 500 tahun ini merupakan Gereja terbesar di dunia . Bangunan ini digambarkan sebagai gereja terbesar yang pernah dibangun (dia meliputi area 23.000 m² dan memiliki kapasitas lebih dari 60.000) dan salah satu situs tersuci dalam Kekristenan. Konstruksi basilika ini dimulai pada 1506 dan rampung pada 1626. Basilika Santo Petrus dibangun atas perintah Kaisar Kristen pertama Konstantin I, pada tahun 326 di tempat Santo Petrus menjadi martir. Seribu tiga ratus tahun kemudian bangunan ini mulai runtuh perlahan-lahan, dan oleh karena itu Paus Nikolas V memerintahkan agar dibangun sebuah basilika yang baru. Tetapi pembangunannya baru dimulai pada tahun 1506 pada masa jabatan Paus Julius II. Pembangunan basilika ini memakan waktu 120 tahun. Michelangelo diminta sumbangan karyanya dengan pieta-nya yang sangat terkenal itu. Waktu itu ia telah berusia 72 tahun. Basilika ini merupakan basilika terbesar di dunia dengan panjang 193 meter dan tinggi 132 meter. Tradisi mengatakan bahwa tempat bangunan ini merupakan tempat Santo Petrus, salah satu rasul Yesus dan dianggap sebagai Paus pertama, disalibkan dan dikuburkan. Gereja ini merupakan tempat penguburan St Petrus di bawah altar utama. Paus lainnya juga dikubur di basilika ini. Wisata Sejarah Dalam perjalanan menuju Vatikan kita bisa mengunjungi tempat-tempat wisata lain yang juga sangat menarik untuk di kunjungi. Seperti Koloseum yang tersohor itu. walaupun tidak masuk kedalam sembari berkendara bisa menyaksikan bangunan amphiteater kuno ini. Bangunan yang masih gagah dan kuat ini, walau telah berumur ribuan tahun masih berdiri kokoh. Dan menjadi obyek wisata untuk masyarakat Itali. Walaupun banyak dipreteli untuk pembangunan basilika Santo Petrus dan bahan bangunan oleh petinggi-petinggi kerajaan Roma. Colosseum berukuran cukup besar. Dengan tinggi 48 m, panjang 188 m, lebar 156 m dan luas seluruh bangunan sekitar 2.5 ha membuat Colosseum terlihat begitu besar dan luas. Arenanya terbuat dari kayu berukuran 86 m x 54 m, dan tertutup oleh pasir. Bentuk elips atau bulat dari Colosseum gunanya untuk mencegah para pemain untuk kabur ke arah sudut dan mencegah para penonton untuk berada lebih dekat dengan pertunjukan. Colosseum merupakan hasil karya yang sangat hebat. Tempat itu dikatakan sebagai stadium yang hebat dan spektakuler dikarenakan oleh bentuk dan struktur dari Colosseum itu. Sampai sekarang pun, Colosseum masih dikatakan sebagai stadium yang hebat dan spektakuler. Tempat duduk di Colosseum dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang berbeda.(man/waa)

Sabtu, 08 Mei 2010

deskripsi mineral

Deksripsi Beberapa Mineral

DESKRIPSI BEBERAPA MINERAL PENTING

1. Emas, Au

Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat
Sistem Kristal : Isometrik
Warna : Kuning – Emas
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan
ujung yang tajam ).
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat jenis : 19,3
Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.
Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.





2. Perak, Ag
Tempat ditemukan : Irian Jaya
Sistem Kristal : Isometrik.
Warna : Putih – Perak
Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.
Belahan dan Pecahan : Tak – ada
Kekerasan : 2,5 – 3.
Berat Jenis : 10,5.
Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zone oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Barasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismut nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uraninit dan mineral- mineral nikel-kobalt.
Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi.

3. Tembaga, Cu
Tempat ditemukan : Timor , NTT
Sistem cristal : isometrik.
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
Goresan : Merah metalik.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli
Kekerasan : 2,5 – 3.
Berat Jenis : 8,94.
Genesis : sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ.
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel).

4. Sulfur, S
Tempat ditemukan : Kawah Papandayan, Jawa Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Kuning sampai coklat kekuningan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata.
Kekerasan : 1,5 – 2,5.
Berat jenis : 2,07.
Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan-batuan sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gipsum dan batugamping.
Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industri tekstil, kulit, kertas, cat, pencelupan dan penggilingan minyak.

5. Bismut, Bi
Tempat Ditemukan : -
Sistem Cristal : Trigonal .
Warna : Putih perak dan corak kemerahan.
Goresan : putih – perak berkilau.
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 0001 ).
Kekerasan : 2 – 2,5.
Berat jenis : 9,7 -9,8.
Genesis : Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatit.
Manfaat : Sumber logam bismut ; digunakan dalam sekering listrik, obat dan kosmetik.,




6. Grafit, C
Tempat Ditemukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
Sistem Cristal : Heksagonal .
Warna : Hitam.
Goresan : Hitam.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
Kekerasan : 1 – 2.
Berat jenis : 2,09 – 2,23.
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata.

7. Intan, C
Tempat Ditemukan : Martapura, Kalimantan
Sistem Cristal : isometrik.
Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih sampai putih kebiruan, jingga, merah muda, biru, merah, hijau, atau hitam.
Goresan : putih
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.
Kekerasan : 10
Berat jenis : 3,50
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya-flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata.

8. Bornit , Cu5FeS5
Tempat Ditemukan : Irian Jaya
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan bila permukaannya segar, yang cepat berubah menjadi pudar sampai keunguan.
Goresan : Hitam keabuan.
Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas.
Kekerasan : 3
Berat jenis : 5,06 – 5,08
Genesis : Ternentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit, Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat-urat kuarsa.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.

9. Galena, PbS
Tempat Ditemukan : S.Tuboh, Palembang
Sistem Cristal : Isometrik .
Warna : abu – abu timbal
Goresan : abu – abu timbal
Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna.
Kekerasan : 2,5
Berat jenis : 7,58
Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit, anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).








10. Sfalerit, ( Zn,Fe)S
Tempat Ditemukan : Plered, Karawang Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik .
Warna : Kuning, cokelat sampai hitam.
Goresan : Putih sampai kunung terang dan cokelat.
Belahan dan pecahan : ( 110 ) sempurna.
Kekerasan : 3,5 - 4
Berat jenis : 3,9 – 4,1
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, terdapat urat-urat dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, dam magnetit. Dapat pula dijumpai dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam seng. Selain itu dapat pula menjadi sumber kadmium (Cd), indium (In), galium (Ga) dan germanium (Ge)

11. Khalkopirit
Tempat Ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya
Sistem Cristal : Tetragonal .
Warna : kuning - kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 - 4
Berat jenis : 4,1 – 4,3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.

12. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4
Tempat Ditemukan : Padamarang, Sulawesi.
Sistem Cristal : isometrik .
Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan
Goresan : coklat gelap
Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata
Kekerasan : 5,5
Berat jenis : 5,09
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada lingkungan redimen, yaitu terdapat dalam pasir
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom


13. Realgar, AsS
Tempat Ditemukan : Salapa, TasikMalaya Jawa Barat
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Merah-ungu
Goresan : Merah sampai jingga
Belahan dan pecahan : {010}baik ; {101},{100} dan {120} miskin
Kekerasan : 1,5 - 2
Berat jenis : 3,56
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral arsenik lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal, perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan, juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik, atau sebagai deposit mata air panas.
Manfaat : Sumber logam arsen.

14. Stibnit, Sb2S3
Tempat Ditemukan : Sambas, Kalimantan Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2
Berat jenis : 4,52 – 4,63
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering berasosiasi dengan realgar, orpiment, galena, markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa
Manfaat : Sumber logam antimon

15. Arsenopirit, FeAsS
Tempat Ditemukan : Jerman
Sistem Cristal : Monoklin .
Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja
Goresan : Hitam keabuan
Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata
Kekerasan : 5,5, - 6
Berat jenis : 6,07
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga, galena ,sfalerit, pirit, dan khalkopirit. Dijumpai juga dalam urat-urat kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam batugamping kristalin.
Manfaat : Sumber utama logam arsen

16. Korundum, Al2O3
Tempat Ditemukan : Peeks Hill, New York
Sistem Cristal : Heksagonal
Warna : Biru (safir, merah muda sampai merah-darah (rubi), juga kuning, coklat-kuning, hijau, merah lembayung sampai lembayung ; dapat juga tak berwarna.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : tak ada
Kekerasan : 9
Berat jenis : 4,0 – 4,1
Genesis : Terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral asesori dalam batugamping kristalin, sekis-moka dan genes. Dapat juga dalam lingkungan batuan beku, khususnya sienit dan sienit nefelin ; dalam pegmatit, retas lamprofir, dan pada lingkungan sedimen – yaitu dalam pasir, kerikil-kerakal di sungai. Sering berasosiasi dengan khlorit, mika, olivin, serpentin, magnetit, spinel, kianit, dan diaspor.
Manfaat : Dibuat batupermata dan pengasah.

17. Hematit, Fe2O3
Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat
Sistem Cristal : Heksagonal.
Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai hitam.
Goresan : Merah atau coklat kemerahan
Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata.
Kekerasan : 5,5 – 6,5
Berat jenis : 5,26
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme kontak; juga dalam lingkungan sedimen.
Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap. Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat batupermata.

18. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10
Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap
Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : Tak-ada
Kekerasan : 5 – 6
Berat jenis : 4,71
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ; sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit. Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil pelapukan silikat atau karbonat mengandung mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam lempung, dan dalam deposit danau atau rawa.
Manfaat : Sumber logam mangan.

19. Pirolusit, MnO2
Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat
Sistem Cristal : Tetragonal.
Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu-besi, Madang-kadang kebiruan.
Goresan : hitam
Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata.
Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv)
Berat jenis : 4,75
Genesis : terbentuk pada lingkungan redimen oksidat; sering ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau depoisit laut dangkal; pada mintakat oksidasi dari statu deposit bijih, atau batuan yang mengandung mangan.
Manfaat : sumber logam mangan

20. Kasiterit, SnO2
Tempat Ditemukan : Bangka
Sistem Cristal : Tetragonal .
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang).
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ; konkoidal.
Kekerasan : 6 – 7
Berat jenis : 6,8 – 7,1
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses metamorfisme yang secara genetic berhubungan dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit, muskovit, mika-Li, bismulinit, bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai mineral alluvial.
Manfaat : sumber logam timah ( putih )

21. Manganit, MnO(OH)
Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang sempurna
Kekerasan : 4
Berat jenis : 4,33
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit. Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral mangan yang lain.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan.

22. Fluorit, CaF2
Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung, putih, abu-abu, biru-langit, hitam keniruan, atau coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {111} sempurna
Kekerasan : 4
Berat jenis : 3,18
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagi mineral utama maupun sebagai mineral geng bersama mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal dan perak. Umumnya dalam dolomit dan batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada lingkungan batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan apatit.
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja, gelas, Kaca-serat ( fiberglass ) dan tembikar.

23. Kalsit , CaCo3
Tempat Ditemukan : Kliripan, Yogyakarta
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna sampai putih, sering diwarnai oleh warna abu-abu, merah, hijau, biru, kuning, bahan coklat sampai hitam bila tidak murni.
Goresan : Putih sampai keabuan.
Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna.
Kekerasan : 3
Berat jenis : 2,71
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen, metamorf dan melalui proses hidrotermal. Merupakan mineral utama dalam batugamping, atau pulam/marmer (marble). Dapat juga diendapkan di sekitar/di sekeliling mata air, atau aliran air, berupa travertin, tufa, atau sinter-gamping.
Manfaat : Kalsit merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur tohor, industri kimia, industri besi baja dan pembenah tanah.

24. Magnesit, MgCO3
Tempat Ditemukan : Lalangsilawo, Sulawesi
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, putih-keabuan, dan kekuningan sampai coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 5
Berat jenis : 3,0 – 3,2
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen ; secara hidrotermal, sehingga terdapat dalam urat-urat, atau sebagai hasil ubahan pada batuan yang banyak mengandung silikat kalsium (serpentin, olivin, dan piroksen) yang disebabkan oleh air karbonat.
Manfaat : Sumber senyawa MgO yang digunakan dalam pembuatan batubara tahan api, industri kimia, dan sebagai sumber logam magnesium.



25. Siderit, FeCO3
Tempat Ditemukan : Antigonis, Nova Scotia
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Coklat kekuningan dan coklat keabuan sampai coklat dan coklat kemerahan, dapat juga abu-abu, abu-abu kekuningan , atau abu-abu kehijauan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}.
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 3,96 untuk FeCO3 murni, dan menjadi rendah dengan hadirnya Mn2+ dan Mg.
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan terdapat sebagai lapisan-lapisan yang sering berasosiasi dengan lapisan lempung, serpih, atau batubara. Dapat pula terbentuk melalui proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, atau terbentuk sebagai pegmatit. Sering berasosiasi dengan bijih-bijih metal yang mengandung mineral-mineral perak seperti pirit, khalkopirit, tetrahedrit, dan galena.
Manfaat : Sumber logam besi

26. Dolomit, CaMg(CO3)2
Tempat Ditemukan : Essex.Co, New York
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dengan semakin meningkatnya kadar Fe2+, dapat juga merah muda, atau merah-mawar
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 2,85.
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melaluia proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa dan mineral-mineral bijih metalik. Dapat juga terbentuk secara metamorfisme.
Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu hias.

27. Witerit, BaCO3
Tempat Ditemukan : Inggris
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai seperti susu, putih, atau keabuan, dapat juga berwarna kuning, coklat, atau hijau.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Jelas pada {010}
Kekerasan : 2 – 3,5
Berat jenis : 4,3
Genesis : Witerit adalah mineral yang jarang, terbentuk secara, hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat bersama barit dan galena.
Manfaat : Sumber minor unsur barium.

28. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2
Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hijau cemerlang.
Goresan : Hijau pucat.
Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 3,9 – 4,03
Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder, umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada derah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi dengan azurit, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola, dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau seng, dan lainnya.
Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga, digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata.

29. Barit, BaSO4
Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning, coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna.
Kekerasan : 3 – 3,5
Berat jenis : 4,5
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt, mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa
Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor ( drilling mud ) yang dipakai pada pemboranminyak bumi dan gas.

30. Anhidrit, CaSO4
Tempat Ditemukan : Nants, Nova Scotia
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai kebiruan atau lembayung (violet), kadangkala abu-abu sampai abu-abu gelap.
Goresan : Putih sampai putihkeabuan.
Belahan dan pecahan : {010}sempurna,{100} hampir sempurna dan {001} baik.
Kekerasan : 3 – 3,5
Berat jenis : 2,89 – 2,98
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan sering berasosiasi dengan gipsum, batugamping, dolomit, dan garam-garam. Dapat juga terbentuk melalui proses hidrotermal, dan terdapat sebagai mineral geng dalam urat-urat metaliferus.
Manfaat : Sebagai pembenah tanah dan van untuk membuat semen Pórtland.

31. Gipsum, CaSO42H2O
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu-abu,dan kekuningan bila masiv.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
Kekerasan : 2
Berat jenis : 2,32
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-urat metalik sebagai mineral geng.
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai pembenah tanah dan pupuk.

32. Wolframit, (Fe, Mn)WO4
Tempat Ditemukan : Pengan, Bangka
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hitam-kecoklatan sampai hitam besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {010}sempurna.
Kekerasan : 4 – 4,5
Berat jenis : 7,1 – 7,5 ; membesar seiring dengan naiknya kandungan Fe.

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan pegmatit yang berasosiasi dengan batuan intrusif granitik ; hidrotermal temperatur tinggi, dijumpai dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, khalkosit, dan bismutinit. Dapat pula terdapat dalam deposit metamorfisme kontak dan deposit alluvial.
Manfaat : Sumber utama Logam tungsten ( wolfram ).

33. Monasit, (Ce, La, Y, Th)PO4
Tempat Ditemukan : Transvall, Afrika Selatan.
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : kekuningan, atau coklat kemerahan sampai coklat.
Goresan : hampir putih.
Belahan dan pecahan : {100} jelas.
Kekerasan : 5-5,5.
Berat jenis : 4,6-5,4.
Radioactivitas : Radioaktif.
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, yaitu sebagai mineral asesori dalam granit, sienit ; pada lingkungan pegmatit, dan sebagai mineral rombakan berbentuk pasir dalam lingkungan redimen.berasosiasi dengan zirkon, xenotim, magnetit, apatit, ilmenit, rutil dan kolumbit.
Manfaat : Sumber torium ( Th, eleven radioaktif ) dan torium oksida.

34. Kuarsa, SiO2
Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna karena pengotoran.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 7
Berat jenis : 2,65
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen.
Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan optik.

35. Opal, SiO2.nH2O
Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah
Sistem Cristal : Tak-ada.
Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat, atau merah, yangbiasanya disebabkan oleh kotoran berbutir halus.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 5,5 – 6,5
Berat jenis : 2,0 – 2,2
Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea dari sekresinya yang berupa silica.
Manfaat : Dibuat batupermata, sedangkan diatomit digunakan untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan isolator.

36. Nef elin, (Na, K)AlSiO4
Tempat Ditemukan : New York
Sistem Cristal : Hexagonal.
Warna : Tak berwarna sampai putih, terkadang abu-abu, coklat, kehijauan, kemerahan, atau kekuningan.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {10 10} jelas.
Kekerasan : 6
Berat jenis : 2,55-2,65
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku plutonio dan Vulkanik, juga dalam pegmatit yang berasosiasi dengan sienit nefelin.
Manfaat : Nefelin bebas besi (nefelin murni) digunakan dalam pembuatan gelas dan keramik, juga dalam industri kulit, textil, kayu, karet dan minyak.

37. Kaolinit, Al4Si4O10(OH)8
Tempat Ditemukan : Flores, NTT
Sistem Cristal : Triklin.
Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena pengotoran.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa karena berukuran Sangat kecil.
Kekerasan : 2
Berat jenis : 2,6
Genesis : Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat, khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan kaolinit.
Manfaat : Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar dan farmasi.

38. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan
Sistem Cristal : Monoklin .
Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat pada lembaran tipis.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} sempurna.
Kekerasan : 2-2,5
Berat jenis : 2,8-2,9
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit ( dalam pegmatit granit ), lingkungan metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam sekis dan genes ), ata upada lingkungan redimen.
Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, yertas dinding, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas.

39. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat.
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap, tak berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau, dan biru untuk varitas yang mengandung litium.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal.
Kekerasan : 7-7,5
Berat jenis : 3,0-3,2. ; membesar seiring dengan bertambahnya Fe
Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam pegmatit granit.dijumpai juga sebagai mineral asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi.
Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industri sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.

40. Olivin, (Mg,Fe)2SiO4
Tempat Ditemukan : Cipanas, Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Biasanya hijau-pudar (olive-green), dapat juga putih dan cokelat sampai hitam.
Goresan : Putih atau abu-abu.
Belahan dan pecahan : {010} tak jelas ; konkoidal.
Kekerasan : 6,5-7
Berat jenis : 3,27-4,37
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, khususnya dalam lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.Dapat menjadi penyusun utama dalam batuan beku ultrapasa, yaitu dunit.
Manfaat : Dibuat batupermata, khususnya varitas hijau cerah- disebut juga peridot, dan dibuat pasir refraktori yang dipakai dalam industri pengecoran.

Deskripsi fosil

Deskripsi Fosil

Kumpulan Deskripsi Fossil



 Hastigerina aequilateralis CUSHAN & JARVIS
 Cangkang planispiral, pada tahap awal trochospiral sangat rendah, sisi equatorial lobulate, sisi axial membundar, dinding kamar permukaannya halus dan berpori kasar, kamar inflated, sub-globular agak saling melingkupi, berkisar tiga putaran, pada putaran kamar terakhir terdapat empat sampai lima kamar, sutura pada bagian umbilical radial dan tertekan, aperture interiomarginal dan ekstraumbilical, sangat dangkal dan dikelilingi bibir dan rim yang kurang jelas.

 Globoquadrina altispira (CHUSMAN and JARVIS)
 Cangkang trochospiral menengah sampai tinggi, equatorial periphery lobulate, dengan dorso-peripheral shoulders, dinding berpori kasar, permukaan pitted kadang hispid, kamar pada bagian berikutnya spherical, dimana kamar terakhir tertekan kuat secara lateral, tersusun oleh tiga setengah sampai empat putaran cangkang, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, umbilicus lebar dan dalam, aperture interiomarginal, umbilical, high arched, ditutupi oleh semacam gigi.


 Globigerinoides immaturus LEROY
 Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori Kamar membulat tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder.

 Globigerinoides trilobus REUSS
 Cangkang trochospiral biconvex, bagian tepi membundar, dinding cangkang berpori dengan permukaan berlubang, kamar spherical tersusun dalam tiga putaran, sutura pada posisi spiral berbentuk melengkung dan tertekan, aperture primer interiomarginal, pada umbilicus membentuk busur yang rendah yang dibatasi bibir umbilicus rendah.

 Globigerina nepenthes TODD
Cangkang trochospiral rendah, kompak, peripheral equatornya agak lobulate, kecuali pada bagian akhir, sumbu perpheralnya membulat, dinding berpori dengan lipatan kecil sekitar umbilical, kamar menggembung, kamar terakhir menonjol, terletak tiga setengah kali putaran dengan kamar ke empat dan ke lima dari putaran terakhi, sutura pada sisi spiral agak melengkung, tertekan, diatas umbilical hampir radial, tertekan, umbilicus dangkal dan menyempit, aperture interiomarginal, umbilical, sebuah lengkungan yang hampir membundar, dibatasi oleh sebuah putaran yang mengarah ke tepi atas dengan jelas.

 Globigerinoides fistulosus (SCHUBERT)
cangkang trochospiral, biconvex, sisi equatorial peripherylobulate lobulate, dinding cangkang pada umumnya permukaannya berpori kasar, kamar spherical, kecuali satu atau dua kamar terakhir elongate, menyerupai sack (kantung), tersusun atas tiga putaran, tiga setengah sampai empat kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat, sutura pada sisi spiral curved, pada sisi umbilical radial, aperture primer interiomarginal, umbilical, dengan bukaan yang tidak simetris disertai lip atau rim, aperture sekunder sutural diatas sutura kamar berikutnya.

 Globorotalia menardii D’ORBIGNY
 Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate, periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal sedikit rugose dekat pundak, kemudian menghalus, kamar menekan dengan kuat, terdiri dari tiga putaran, lima sampai tujuh kamar pada putaran terakhir tumbuh secara tetap ukurannya, sutura pada bagian dorsal spiral melengkung rendah, letaknya tinggi, pada bagian umbilical berbentuk radial sampai melengkung rendah, tertekan, umbilicus hampir lebar, aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh bibir yang rendah

 Pulleniatina primalis BANNER & BLOW
 Cangkang trochospiral rendah sampai sedang, peripheral equatorial lobulate, sumbu perpheralnya membulat luas, kamar sub-spherical, tersusun dalam tiga putaran, lima kamar pada putaran terakhir ukurannya membesar secara regular, kecuali kamar terakhir yang secara tiba-tiba menekuk karena penyimpangan putarannya, sutura pada sisi spiral melengkung jelas, tertekan, pada sisi umbilical hampir radial, tertekan, umbilicus tertutup oleh kamar terakhir, aperture interiomarginal, ekstraumbilical-umbilical, lebar, berbusur rendah sepanjang dasar kamar terakhir, tidak mencapai peripheral putaran sebelumnya, atasnya dibatasi oleh suatu hyalin rim.

 Sphaerodinella subdehiscens BLOW
 Cangkang trochospiral rendah, kompak, sisi equatorial agak lobulate, sisi sumbu bulat, dinding kamar perforate, tertutup oleh lapisan kedua, permukaan dindingnya halus dan glassy, kamar sub-globular samapi radially-elongate, terdiri dari tiga putaran, tiga kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya secara perlahan, sutura lurus pada sisi spiral maupun umbilical, tertekan, aperture primer interiomarginal, umbilical, dengan lengkungan yang rendah pada permukaannya yang halus dan tebal.

 Globigerinoides extremus BOLLI
Cangkang trochospiral tinggi, equatorial periphery lobulate, sumbu periphey membulat. Dinding cangkang umumnya berpori, permukaan berbintil. Kamar kamar pada putaran terakhir terkompres secara lateral, tersusun tiga sampai empat putaran, empat kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya. Sutura melengkung hinggga oblique pada sisi spiral dan umbilical. Umbilicus sempit. Aperture primer interiomarginal, umbilical, dibatasi oleh rim.

 Globorotalia menardii D’ORBIGNY
Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate, periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal sedikit rugose dekat pundak, kemudian menghalus, kamar menekan dengan kuat, terdiri dari tiga putaran, lima sampai tujuh kamar pada putaran terakhir tumbuh secara tetap ukurannya, sutura pada bagian dorsal spiral melengkung rendah, letaknya tinggi, pada bagian umbilical berbentuk radial sampai melengkung rendah, tertekan, umbilicus hampir lebar, aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh bibir yang rendah

 Globigerinoides immaturus LEROY
Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori Kamar membulat tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder.

Globorotalia merotumida
 Globoquadrina altispira (CHUSMAN and JARVIS)
 Cangkang trochospiral menengah sampai tinggi, equatorial periphery lobulate, dengan dorso-peripheral shoulders, dinding berpori kasar, permukaan pitted kadang hispid, kamar pada bagian berikutnya spherical, dimana kamar terakhir tertekan kuat secara lateral, tersusun oleh tiga setengah sampai empat putaran cangkang, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, umbilicus lebar dan dalam, aperture interiomarginal, umbilical, high arched, ditutupi oleh semacam gigi.

Globigerina bulloides
 Globorotalia pseudopima
 Globigerinoides obliquus BOLLI
Cangkang trochospiral rendah, biconvex asimetris, sisi equatorial lobulate, sisi axial membulat, dinding berlubang dan permukaan berduri, kamar spherical tersusun oleh tiga setengah putaran cangkang dengan 3 kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat, kamar terakhir tertekan kearah lateral-auxing, sutura pada sisi spiral agak melengkung, pada sisi umbilicus radial, aperture primer interiomarginal umbilical, low -medium arched, pada kamar terakhir terletak aperture tambahan pada sutura.

Globigerinoides sacculiferus (BRADY)
Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori, kamar membundar, tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, kamar terakhir agak memanjang, lonjong menyerupai kantung, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder pada sutura.

 Globorotalia pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ
Cangkang trochospiral sangat rendah, sisi spiral flat sampai agak convex, sisi umbilical convex kuat, equatorial periphery lobulate, sumbu periphery acute dengan kell yang tipis tetapi jelas. Dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal agak kasar, tetapi pada kamar terakhir halus. Kamar angular, tertekan, terdiri dari tiga putaran, lima sampai enam kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura sisi spiral melengkung, pada sisi umbilical melengkung. Umbilicus sempit. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh rim atau bibir yang halus.

 Globigerinoides ruber BOLLI
cangkang trochospiral, sisi equatorial periphery lobulate, membulat, dinding cangkang pada umumnya permukaannya berpori dan sedikit, tersusun atas tiga sampai empat putaran, tiga kamar pada aputaran terakhir ukurannya bertambah secara perlahan, sutura pada sisi spiral sub radial sampai radial, agak melengkung, aperture interiomarginal, umbilicus, dibatasi oleh rim, aperture sekunder sutural berlawanan dengan aperture primer

 Pulleniatina obliquiloculata (PARKER and JONES)
Cangkang globose, fase berikutnya planispiral, fase terakhir streptospiral, involute, peripheral equatorial lobulate, dinding berpori halus, dinding pada putaran berikutnya pada sisi spiral berpori kasar dan tebal, permukaannya halus kecuali pada dinding dekat aperture, kamar sub-spherical, tersusun dalam tiga putaran, putaran terakhir terdiri dari empat setengah sampai lima kamar, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, tertekan,umbilicus tertutup oleh kamar terakhir, aperture agak medium samapi high arch sepanjang kamar terakhir dibatasi oleh suatu hyalin rim.

 Globigerinoides immaturus LEROY
Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori Kamar membulat tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder

 Globigerinoides trilobus REUSS
Cangkang trochospiral biconvex, bagian tepi membundar, dinding cangkang berpori dengan permukaan berlubang, kamar spherical tersusun dalam tiga putaran, sutura pada posisi spiral berbentuk melengkung dan tertekan, aperture primer interiomarginal, pada umbilicus membentuk busur yang rendah yang dibatasi bibir umbilicus rendah.

 Pulleniatina primalis BANNER & BLOW
Cangkang trochospiral rendah sampai sedang, peripheral equatorial lobulate, sumbu perpheralnya membulat luas, kamar sub-spherical, tersusun dalam tiga putaran, lima kamar pada putaran terakhir ukurannya membesar secara regular, kecuali kamar terakhir yang secara tiba-tiba menekuk karena penyimpangan putarannya, sutura pada sisi spiral melengkung jelas, tertekan, pada sisi umbilical hampir radial, tertekan, umbilicus tertutup oleh kamar terakhir, aperture interiomarginal, ekstraumbilical-umbilical, lebar, berbusur rendah sepanjang dasar kamar terakhir, tidak mencapai peripheral putaran sebelumnya, atasnya dibatasi oleh suatu hyalin rim.

 Hastigerina aequilateralis CUSHMAN & JARVIS
Cangkang planispiral, pada tahap awal trochospiral sangat rendah, sisi equatorial lobulate, sisi axial membundar, dinding kamar permukaannya halus dan berpori kasar, kamar inflated, sub-globular agak saling melingkupi, berkisar tiga putaran, pada putaran kamar terakhir terdapat empat sampai lima kamar, sutura pada bagian umbilical radial dan tertekan, aperture interiomarginal dan ekstraumbilical, sangat dangkal dan dikelilingi bibir dan rim yang kurang jelas.

Globorotalia merotumida BLOW and BANNER
 Pulleniatina primalis BANNER & BLOW
Cangkang trochospiral rendah sampai sedang, peripheral equatorial lobulate, sumbu perpheralnya membulat luas, kamar sub-spherical, tersusun dalam tiga putaran, lima kamar pada putaran terakhir ukurannya membesar secara regular, kecuali kamar terakhir yang secara tiba-tiba menekuk karena penyimpangan putarannya, sutura pada sisi spiral melengkung jelas, tertekan, pada sisi umbilical hampir radial, tertekan, umbilicus tertutup oleh kamar terakhir, aperture interiomarginal, ekstraumbilical-umbilical, lebar, berbusur rendah sepanjang dasar kamar terakhir, tidak mencapai peripheral putaran sebelumnya, atasnya dibatasi oleh suatu hyalin rim.

 Pulleniatina obliquiloculata (PARKER and JONES)
Cangkang globose, fase berikutnya planispiral, fase terakhir streptospiral, involute, peripheral equatorial lobulate, dinding berpori halus, dinding pada putaran berikutnya pada sisi spiral berpori kasar dan tebal, permukaannya halus kecuali pada dinding dekat aperture, kamar sub-spherical, tersusun dalam tiga putaran, putaran terakhir terdiri dari empat setengah sampai lima kamar, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, tertekan,umbilicus tertutup oleh kamar terakhir, aperture agak medium samapi high arch sepanjang kamar terakhir dibatasi oleh suatu hyalin rim.

 Globigerinoides ruber BOLLI
cangkang trochospiral, sisi equatorial periphery lobulate, membulat, dinding cangkang pada umumnya permukaannya berpori dan sedikit, tersusun atas tiga sampai empat putaran, tiga kamar pada aputaran terakhir ukurannya bertambah secara perlahan, sutura pada sisi spiral sub radial sampai radial, agak melengkung, aperture interiomarginal, umbilicus, dibatasi oleh rim, aperture sekunder sutural berlawanan dengan aperture primer

 Globigerinoides trilobus REUSS
Cangkang trochospiral biconvex, bagian tepi membundar, dinding cangkang berpori dengan permukaan berlubang, kamar spherical tersusun dalam tiga putaran, sutura pada posisi spiral berbentuk melengkung dan tertekan, aperture primer interiomarginal, pada umbilicus membentuk busur yang rendah yang dibatasi bibir umbilicus rendah.

 Globigerinoides extremus BOLLI
Cangkang trochospiral tinggi, equatorial periphery lobulate, sumbu periphey membulat. Dinding cangkang umumnya berpori, permukaan berbintil. Kamar kamar pada putaran terakhir terkompres secara lateral, tersusun tiga sampai empat putaran, empat kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya. Sutura melengkung hinggga oblique pada sisi spiral dan umbilical. Umbilicus sempit. Aperture primer interiomarginal, umbilical, dibatasi oleh rim.

 Globigerinoides sacculiferus (BRADY)
Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori, kamar membundar, tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, kamar terakhir agak memanjang, lonjong menyerupai kantung, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder pada sutura.

 Globorotalia pseudopima
 Globorotalia tosaensis TAKANAYAGI and SAITO
Cangkang trochospiral sangat rendah, pada sisi umbilical convex, equatorial periphery circular sampai lobulate, dinding cangkang berpori, permukaan kamar berikutnya pada sisi umbilical rugose (berduri/kasar), kamar sub-inflated tertekan secara lateral, tersusun oleh tiga sampai tiga setengah putaran, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat, sutura pada sisi spiral curved, agak kurang jelas, pada sisi umbilical radial, radial, umbilicus agak dalam sampai agak lebar, aperture interiomarginal, bentuk umbilical sampai ekstraumbilical, melengkung sedang - tinggi, dikelilingi bibir halus.

 Globigerinoides obliquus BOLLI
Cangkang trochospiral rendah, biconvex asimetris, sisi equatorial lobulate, sisi axial membulat, dinding berlubang dan permukaan berduri, kamar spherical tersusun oleh tiga setengah putaran cangkang dengan 3 kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat, kamar terakhir tertekan kearah lateral-auxing, sutura pada sisi spiral agak melengkung, pada sisi umbilicus radial, aperture primer interiomarginal umbilical, low -medium arched, pada kamar terakhir terletak aperture tambahan pada sutura.


 Globorotalia pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ
Cangkang trochospiral sangat rendah, sisi spiral flat sampai agak convex, sisi umbilical convex kuat, equatorial periphery lobulate, sumbu periphery acute dengan kell yang tipis tetapi jelas. Dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal agak kasar, tetapi pada kamar terakhir halus. Kamar angular, tertekan, terdiri dari tiga putaran, lima sampai enam kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura sisi spiral melengkung, pada sisi umbilical melengkung. Umbilicus sempit. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh rim atau bibir yang halus.

 Globigerina riveroae BOLLI and BERMUDEZ
Cangkang trochospiral sedang sampai rendah, lebih lebar daripada tingginya, equator periphery lobulate kuat, sumbu perpheralnya membulat. Dinding berpori, permukaan berbintil. Kamar sferikal, tersusun oleh tiga setengah putaran, empat kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat. Sutura pada sisi spiral dan umbilical radial, tertekan. Umbilicus lebar dan dalam. Aperture interiomarginal, umbilical.

 Globigerinoides ruber BOLLI
cangkang trochospiral, sisi equatorial periphery lobulate, membulat, dinding cangkang pada umumnya permukaannya berpori dan sedikit, tersusun atas tiga sampai empat putaran, tiga kamar pada aputaran terakhir ukurannya bertambah secara perlahan, sutura pada sisi spiral sub radial sampai radial, agak melengkung, aperture interiomarginal, umbilicus, dibatasi oleh rim, aperture sekunder sutural berlawanan dengan aperture primer

 Globigerinoides trilobus REUSS
Cangkang trochospiral biconvex, bagian tepi membundar, dinding cangkang berpori dengan permukaan berlubang, kamar spherical tersusun dalam tiga putaran, sutura pada posisi spiral berbentuk melengkung dan tertekan, aperture primer interiomarginal, pada umbilicus membentuk busur yang rendah yang dibatasi bibir umbilicus rendah.

 Globorotalia tumida (BRADY)
Cangkang trochospiral rendah, sisi spiral lebih convex daripada sisi umbilical, tertekan, equator periphery subcircular sampai agal lobulate pada tahap akhir, sumbu peripheral acute dengan massive keel. Dinding berpori kecil, permukaannya halus kecuali kamar awal pada putaran terakhir dan batas umbilicalm pada kamar terakhir, pustulose. Kamar tertekan, tersusun dalam tiga putaran, enam kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura pada sisi spiral melengkung halus, kemudian tajam. Umbilicus sempit dan dalam. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, high arch.

 Orbulina universa D’ORBIGNY
Cangkang globular, dinding berpori, kamar spherical, bulatan terakhir secara keseluruhan menutupi bagian pertama dari cangkang yang umumnya kecil, aperture primer interiomarginal umbilical pada tingkat awal.

 Globorotalia tosaensis TAKANAYAGI and SAITO
Cangkang trochospiral sangat rendah, pada sisi umbilical convex, equatorial periphery circular sampai lobulate, dinding cangkang berpori, permukaan kamar berikutnya pada sisi umbilical rugose (berduri/kasar), kamar sub-inflated tertekan secara lateral, tersusun oleh tiga sampai tiga setengah putaran, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat, sutura pada sisi spiral curved, agak kurang jelas, pada sisi umbilical radial, radial, umbilicus agak dalam sampai agak lebar, aperture interiomarginal, bentuk umbilical sampai ekstraumbilical, melengkung sedang - tinggi, dikelilingi bibir halus.

 Globorotalia pseudopima BLOW and BANNER
 Globorotalia miocenica PALMER
 Cangkang trochospiral sangat rendah, sisi spiral flat sampai agak convex, sisi umbilical convex kuat, equatorial periphery ciccular pada kamar awal sampai agak lobulate pada fase berikutnya, sumbu periphery acute dengan kell yang jelas. Dinding cangkang berpori halus, permukaan daerah umbilical pada kamar-kamar awal agak rugose, pada kamar terakhir halus. Kamar angular, enam sampai tujuh kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura sisi spiral melengkung, pada sisi umbilical melengkung. Umbilicus sempit. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh rim atau bibir yang halus.

 Globoquadrina dehiscens (CHAPMAN, PARR and COLLINS)
Cangkang trochospiral rendah, pada sisi spiral berberntuk flat, pada sisi umbilical convex, equatorial periphery lobulate, subquadrate; sumbu periphery membulat dengan dorso-peripheral shoulders. Dinding berpori , permukaan pitted, rugose di dekat pundak kamar. Kamar pada tahap muda spherical, dimana kamar terakhir tertekan secara lateral dengan pundak subrounded samapi angular, tersusun oleh empat putaran, empat kamar pada putaran terakhir ukuran dan tingginya bertambah dengan cepat. Sutura pada sisi spiral curved sampai radial, pada sisi umbilikal radial, tertekan. Umbilicus lebar dan dalam. Aperture interiomarginal, umbilical, low-medium arch, ditutupi oleh semacam gigi elongate.

 Globigerina bulloides BLOW and BANNER
 Globorotalia menardii D’ORBIGNY
Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate, periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal sedikit rugose dekat pundak, kemudian menghalus, kamar menekan dengan kuat, terdiri dari tiga putaran, lima sampai tujuh kamar pada putaran terakhir tumbuh secara tetap ukurannya, sutura pada bagian dorsal spiral melengkung rendah, letaknya tinggi, pada bagian umbilical berbentuk radial sampai melengkung rendah, tertekan, umbilicus hampir lebar, aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh bibir yang rendah

 Globorotalia merotumida BLOW and BANNER
 Globorotalia miocenica PALMER
 Cangkang trochospiral sangat rendah, sisi spiral flat sampai agak convex, sisi umbilical convex kuat, equatorial periphery ciccular pada kamar awal sampai agak lobulate pada fase berikutnya, sumbu periphery acute dengan kell yang jelas. Dinding cangkang berpori halus, permukaan daerah umbilical pada kamar-kamar awal agak rugose, pada kamar terakhir halus. Kamar angular, enam sampai tujuh kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura sisi spiral melengkung, pada sisi umbilical melengkung. Umbilicus sempit. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh rim atau bibir yang halus.

 Globigerinoides immaturus LEROY
 Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori Kamar membulat tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder.

 Globigerinoides trilobus REUSS
Cangkang trochospiral biconvex, bagian tepi membundar, dinding cangkang berpori dengan permukaan berlubang, kamar spherical tersusun dalam tiga putaran, sutura pada posisi spiral berbentuk melengkung dan tertekan, aperture primer interiomarginal, pada umbilicus membentuk busur yang rendah yang dibatasi bibir umbilicus rendah.

 Globoquadrina altispira (CHUSMAN and JARVIS)
 Cangkang trochospiral menengah sampai tinggi, equatorial periphery lobulate, dengan dorso-peripheral shoulders, dinding berpori kasar, permukaan pitted kadang hispid, kamar pada bagian berikutnya spherical, dimana kamar terakhir tertekan kuat secara lateral, tersusun oleh tiga setengah sampai empat putaran cangkang, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, umbilicus lebar dan dalam, aperture interiomarginal, umbilical, high arched, ditutupi oleh semacam gigi.

 Orbulina universa D’ORBIGNY
Cangkang globular, dinding berpori, kamar spherical, bulatan terakhir secara keseluruhan menutupi bagian pertama dari cangkang yang umumnya kecil, aperture primer interiomarginal umbilical pada tingkat awal.

 Globigerina venezuelana HEDBERG
Cangkang trochospiral rendah - sedang, equator periphery lobulate. Dinding tebal, berpori, permukaannya halus, kecuali pada tepi umbilikal dindingnya rugositis (berduri) atau pendek, spine tebal. Kamar spherical, kamar-kamar pada putaran terakhir tertekan kuat secara lateral, tersususn atas tiga setengah putaran cangkang dengan empat kamar pada putaran terakhir yang meningkat ukurannya, kamar terakhir ukurannya berkurang. Sutura pada sisi spiral berbentuk melengkung hingga radial, umbilicus agak sempit, segitiga pada specimen yang normal. Aperture interiomarginal, umbilical, melengkung agak melingkar, dibatasi tepian yang jelas di bagian atas.


 Sphaeroidinellopsis seminulina SCHWAGER
 Globigerinoides trilobus REUSS
Cangkang trochospiral biconvex, bagian tepi membundar, dinding cangkang berpori dengan permukaan berlubang, kamar spherical tersusun dalam tiga putaran, sutura pada posisi spiral berbentuk melengkung dan tertekan, aperture primer interiomarginal, pada umbilicus membentuk busur yang rendah yang dibatasi bibir umbilicus rendah.

 Globigerinoides ruber BOLLI
cangkang trochospiral, sisi equatorial periphery lobulate, membulat, dinding cangkang pada umumnya permukaannya berpori dan sedikit, tersusun atas tiga sampai empat putaran, tiga kamar pada aputaran terakhir ukurannya bertambah secara perlahan, sutura pada sisi spiral sub radial sampai radial, agak melengkung, aperture interiomarginal, umbilicus, dibatasi oleh rim, aperture sekunder sutural berlawanan dengan aperture primer

 Globoquadrina altispira (CHUSMAN and JARVIS)
Cangkang trochospiral menengah sampai tinggi, equatorial periphery lobulate, dengan dorso-peripheral shoulders, dinding berpori kasar, permukaan pitted kadang hispid, kamar pada bagian berikutnya spherical, dimana kamar terakhir tertekan kuat secara lateral, tersusun oleh tiga setengah sampai empat putaran cangkang, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, umbilicus lebar dan dalam, aperture interiomarginal, umbilical, high arched, ditutupi oleh semacam gigi.

 Sphaerodinella subdehiscens BLOW
Cangkang trochospiral rendah, kompak, sisi equatorial agak lobulate, sisi sumbu bulat, dinding kamar perforate, tertutup oleh lapisan kedua, permukaan dindingnya halus dan glassy, kamar sub-globular samapi radially-elongate, terdiri dari tiga putaran, tiga kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya secara perlahan, sutura lurus pada sisi spiral maupun umbilical, tertekan, aperture primer interiomarginal, umbilical, dengan lengkungan yang rendah pada permukaannya yang halus dan tebal.

 Globigerina riveroae BOLLI and BERMUDEZ
 Cangkang trochospiral sedang sampai rendah, lebih lebar daripada tingginya, equator periphery lobulate kuat, sumbu perpheralnya membulat. Dinding berpori, permukaan berbintil. Kamar sferikal, tersusun oleh tiga setengah putaran, empat kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah dengan cepat. Sutura pada sisi spiral dan umbilical radial, tertekan. Umbilicus lebar dan dalam. Aperture interiomarginal, umbilical.

 Globorotalia tumida (BRADY)
Cangkang trochospiral rendah, sisi spiral lebih convex daripada sisi umbilical, tertekan, equator periphery subcircular sampai agal lobulate pada tahap akhir, sumbu peripheral acute dengan massive keel. Dinding berpori kecil, permukaannya halus kecuali kamar awal pada putaran terakhir dan batas umbilicalm pada kamar terakhir, pustulose. Kamar tertekan, tersusun dalam tiga putaran, enam kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura pada sisi spiral melengkung halus, kemudian tajam. Umbilicus sempit dan dalam. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, high arch.

 Globigerinoides immaturus LEROY
Cangkang trochospiral, equatorial periphery menggelembung, dinding cangkang berpori Kamar membulat tersusun dalam tiga setengah putaran, tiga kamar putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada posisi spiral melengkung, pada sisi umbilicus tertekan melingkar, aperture primer interiomarginal - umbilical, pada kamar terakhir terdapat aperture sekunder.

 Globigerinoides conglobatus BRADY
Cangkang trochospiral, subglobular sampai subquadrate, equatorial periphery lobulate, sumbu periphery rounded. Dinding cangkang berpori kasar, tebal, permukaaan berbintil. Kamar subsferikal, kemudian tertekan kuat, sampai inflated, tersusun dalam empat putaran, tiga sampai tiga setengah kamar putaran terakhir bertambah ukurannya secara cepat atau lambat. Sutura pada posisi spiral obscure, pada sisi umbilical radial. umbilicus sempit sampai tertutup. Aperture primer interiomarginal - umbilical, dibatasi oleh rim, apertur sekunder sutural.

 Globorotalia pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ
 Cangkang trochospiral sangat rendah, sisi spiral flat sampai agak convex, sisi umbilical convex kuat, equatorial periphery lobulate, sumbu periphery acute dengan kell yang tipis tetapi jelas. Dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal agak kasar, tetapi pada kamar terakhir halus. Kamar angular, tertekan, terdiri dari tiga putaran, lima sampai enam kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura sisi spiral melengkung, pada sisi umbilical melengkung. Umbilicus sempit. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh rim atau bibir yang halus.

 Orbulina universa D’ORBIGNY
Cangkang globular, dinding berpori, kamar spherical, bulatan terakhir secara keseluruhan menutupi bagian pertama dari cangkang yang umumnya kecil, aperture primer interiomarginal umbilical pada tingkat awal.

 Globorotalia pseudopima

 Globoquadrina altispira (CHUSMAN and JARVIS)
Cangkang trochospiral menengah sampai tinggi, equatorial periphery lobulate, dengan dorso-peripheral shoulders, dinding berpori kasar, permukaan pitted kadang hispid, kamar pada bagian berikutnya spherical, dimana kamar terakhir tertekan kuat secara lateral, tersusun oleh tiga setengah sampai empat putaran cangkang, empat sampai lima kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya, sutura pada sisi spiral curved sampai radial, umbilicus lebar dan dalam, aperture interiomarginal, umbilical, high arched, ditutupi oleh semacam gigi.

 Globorotalia menardii D’ORBIGNY
Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate, periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal sedikit rugose dekat pundak, kemudian menghalus, kamar menekan dengan kuat, terdiri dari tiga putaran, lima sampai tujuh kamar pada putaran terakhir tumbuh secara tetap ukurannya, sutura pada bagian dorsal spiral melengkung rendah, letaknya tinggi, pada bagian umbilical berbentuk radial sampai melengkung rendah, tertekan, umbilicus hampir lebar, aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh bibir yang rendah

 Orbulina universa D’ORBIGNY
Cangkang globular, dinding berpori, kamar spherical, bulatan terakhir secara keseluruhan menutupi bagian pertama dari cangkang yang umumnya kecil, aperture primer interiomarginal umbilical pada tingkat awal.

 Globorotalia tumida (BRADY)
Cangkang trochospiral rendah, sisi spiral lebih convex daripada sisi umbilical, tertekan, equator periphery subcircular sampai agal lobulate pada tahap akhir, sumbu peripheral acute dengan massive keel. Dinding berpori kecil, permukaannya halus kecuali kamar awal pada putaran terakhir dan batas umbilicalm pada kamar terakhir, pustulose. Kamar tertekan, tersusun dalam tiga putaran, enam kamar pada putaran terakhir ukurannya bertambah. Sutura pada sisi spiral melengkung halus, kemudian tajam. Umbilicus sempit dan dalam. Aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, high arch.

 Globigerina nepenthes TODD
Cangkang trochospiral rendah, kompak, peripheral equatornya agak lobulate, kecuali pada bagian akhir, sumbu perpheralnya membulat, dinding berpori dengan lipatan kecil sekitar umbilical, kamar menggembung, kamar terakhir menonjol, terletak tiga setengah kali putaran dengan kamar ke empat dan ke lima dari putaran terakhi, sutura pada sisi spiral agak melengkung, tertekan, diatas umbilical hampir radial, tertekan, umbilicus dangkal dan menyempit, aperture interiomarginal, umbilical, sebuah lengkungan yang hampir membundar, dibatasi oleh sebuah putaran yang mengarah ke tepi atas dengan jelas.

 Globorotalia plesiotumida BLOW & BANNER
Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex tidak simetris, tertekan, periphery, equator lobulate, sumbu peripheral lancip dengan keel yang jelas, dinding berpori kecil, kebanyakan permukaannya halus, permukaan yang kasar berkembang pada dinding tiga kamar pertama, kamar tertekan, tersusun dalam tiga putaran, 5 - 6 kamar pada putaran terakhir ukurannya membesar secara regular, sutura pada sisi spiral melengkung, bagian terakhirnya hampir sub radial, pada sisi umbilical radial - sedikit melengkung dan tertekan, umbilicus sempit dan dalam, aperture interiomarginal, ekstraumbilical sampai umbilical, berbusur agak rendah, dibatasi oleh bibir tebal.


BENTONIK

 Amphistegina
Cangkang relatif besar , lebih dari 10 kamar pada setiap putaran, aperture tipis (slit) permukaan cangkang tidak beraturan, cangkang trochospiral, dinding cangkang berpori.

 Bolivina goesii CUSHMAN
Cangkang sagitate-lanccolate dan gepeng, hyalin, susunan kamar biserial, aperture memanjang, memiliki gigi.

 Cassidulina
Cangkang planisipiral, bentuk relatif kecil, involute, aperture terminal.

 Cibicides
Cangkang biconvex, bagian tepi acute dengan keel yang tipis, trochospiral, tersusun oleh 3 putaran dengan 11 - 13 kamar pada putaran terakhir, dinding kamar tebal, berpori halus, aperture interiomarginal.

 Dentalina
Bentuk cangkang melengkung, susunan kamar triserial terdiri atas beberapa kamar, dinding cangkang berpori halus, letak aperture terminal berbentuk radiate.

 Elphidium
Cangkang planispiral dihiasi oleh sutura yang berupa "Retral procecesses", cangkang tersusun oleh beberapa kamar, dinding cangkang berpori.

 Elphidium discoidale D’ORBIGNY
Cangkang planispiral, simetri bilateral, trochoid, bagian sisi memipih tajam, dinding cangkang berpori dengan komposisi calcareous, dihiasi oleh sutura yang berupa "Retral procecesses", cangkang tersusun oleh beberapa kamar, aperture sub-terminal, kosentris pada kamar pertama.

 Elphidium incsertum D’ORBIGNY
Cangkang planispiral, simetri bilatreal, involute, hyalin. Kamar banyak, agak pipih.. Apertur berupa sebuah lubang atau sebaris pori-pori pada permukaan septa.

 Globobulimina
Kamar saling melingkupi dengan kamar - kamar sebelumnya, aperture "Loop shape" tanpa leher, susunan triserial, cangkang tersusun oleh beberapa kamar, dinding cangkang berpori.

 Gyroidina
Cangkang sirkular, trocosphiral, planoconvex, tersusun oleh 3 - 4 kamar pada setiap putaran. Kenampakan dorsal saling melengkapi, dinding cangkang halus, mengkilap, umbilicus lebar, aperture interiomarginal rendah, umbilical extraumbilical.

 Nodosaria
Bentuk cangkang melengkung, susunan kamar uniserial terdiri atas beberapa kamar, dinding cangkang berpori halus, sutura relatif tegak lurus kamar, letak aperture terminal berbentuk radiate.

 Nonion grateloupi D’ORBIGNY
Cangkang memanjang, hyalin, berpori halus, susunan kamar triserial, aperture terminal, virgulite.

 Planulina
Cangkang Planoconvex - concavconvex, evolute, tersusun oleh 6 - 7 kamar pada putaran yang terakhir, dinding cangkang berpori halus, aperture interiomarginal, tipis (slit).

Pleurosomella
Aperture terminal yang dibatasi oleh dua gigi yang terletak saling berlawanan, cangkang uniserial, cangkang tersusun oleh beberapa kamar, dinding cangkang berpori.

 Robulus Sp
Cangkang palnispiral, lenticular, simetri bilateral, involute, dengan komposisi hyalin, coiled test , kamar polythalamus, pada sisi samping berbentuk segitiga, aperture berupa lubang yang terletak pada puncak luar dari permukaan septa (top of spertural face), pada bentuk yang tua bulat, pada bentuk muda radiate.

 Siphonina
Cangkang lenticular, trochospiral, biconvex, bagian tepi acute dengan keel yang tipis, terdiri atas 5 kamar pada putaran yang terakhir, dinding cangkang berpori halus - kasar, aperture elips dibatasi dengan lip

 Uvigerina
Cangkang elongate, fisiform, susunan kamar triserial dengan 2 putaran yang membesar secara nerangsur, dinding cangkang berpori halus, aperture terminal pada leher yang lebar.

 Uvigerina flintii CUSHMAN
Cangkang fusiform, elongate, melintang pada irisan melintang, dinding cangkang hyalin atau calcareous, berpori halus, susunan kamar triserial dengan 2 putaran yang membesar secara berangsur, aperture terminal menonjol, melingkar dengan leher dan bibir pada leher yang lebar, bergigi spiral.

Mineralogi

Mineralogi

Mineralogi



Bab akan menjelaskan gambaran umum mengenai mineralogi,

kimia mineral, sifat-sifat fisik mineral, dan sistematika mineral.

Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan homogen dan hasil

bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta umumnya

berbentuk kristalin. Meskipun demikian ada beberapa bahan yang terjadi

karena penguraian atau perubahan sisa-sisa tumbuhan dan hewan secara

alamiah juga digolongkan ke dalam mineral, seperti batubara, minyak bumi,

tanah diatome.



3.1 Kimia mineral

Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-

19,setelah dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun

1799, teori atom Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis

kimia kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia mineral didasarkan pada

pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan

analisis kimia mineral harus diketaui dengan baik. Analisis kimia kuantitatif

bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang menyusun suatu

substansi dan menentukan jumlah relatif masing-masing unsur tersebut.

Analisis harus lengkap .seluruh unsur-unsur yang ada pada mineral harus

ditentukan. dan harus tepat.



Komposisi kimia sebagian besar mineral yang diketahui, menunjukkan suatu

kisaran tertentu mengenai penyusun dasarnya. Dalam analisis kimia, jumlah

kandungan unsur dalam suatu senyawa dinyatakan dengan persen berat

dan dalam analisis yang lengkap jumlah total persentase penyusunnya harus

100. Namun dalam prakteknya, akibat keterbatasan ketepatan, jumlah 100

merupakan suatu kebetulan; umumnya kisaran 99,5 sampai 100,5 sudah dianggap

sebagai analisis yang baik.



Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral



1. Hukum komposisi tetap

(The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):

"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap"



2. Teori atom Dalton (1805)





1. Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk

seperti bola yang disebut atom.



a) Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur

yang berbeda bersifat berbeda pula.



b) Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.



Teknik analisis mineral secara kimia



Analisis kimia mineral (dan batuan) diperoleh dari beberapa macam teknik

analisis. Sebelum tahun 1947 analisis kuantitatif mineral diperoleh dengan

teknik analisis "basah", yang mana mineral dilarutkan dalam larutan tertentu.

Penentuan unsur-unsur dalam larutan biasanya dipakai satu atau lebih teknikteknik

berikut: (1) ukur warna (colorimetry), (2) analisis volumetri (titrimetri)

dan (3) analisis gravimetri.



Sejak tahun 1960 sebagian besar analisis telah dilakukan dengan teknik instrumental

seperti spektroskop serapan atom, analisis flouresen sinar X, analisis

electron microprobe, dan spektroskop emisi optis. Masing-masing teknik

ini memiliki preparasi sampel yang khusus dan memiliki keterbatasan deteksi

dan kisaran kesalahan sedang - baik. Hasil analisis biasanya ditampilkan

dalam bentuk tabel persen berat dari unsur-unsur atau oksida dalam mineral

yang dianalisis. Teknik analisis basah memberikan determinasi secara kuantitatif

variasi kondisi oksidasi suatu kation (seperti Fe2+ dengan Fe3+) dan juga

untuk determinasi kandungan H2O dari mineral-mineral hidrous. Metode

instrumen umumnya tidak dapat memberikan informasi seperti kondisi oksidasi

atau kehadiran H2O.



Dalam analisis kimia mineral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

analisis kimia kualitatif dan analisis kimia kuantitatif. Analisis kualitatif

menyangkut deteksi dan identifikasi seluruh komposisi dari suatu senyawa.

Analisis kuantitatif meliputi penentuan persen berat (atau parts per million

[ppm]) unsur-unsur dalam suatu senyawa. Dengan demikian kedua analisis

ini akan menjawab pertanyaan "Apa yang dikandung dan berapa besar jumlahnya?".

Analisis kualitatif awal umumnya sangat membantu dalam memutuskan

metode apa yang akan dipakai untuk analisis kuantitatif.



Analisis kimia basah

Cara ini biasanya dilakukan di laboratorium kimia. Setelah sampel digerus

menjadi bubuk, langkah pertama yang dilakukan adalah menguraikan sampel.

Biasanya pada tahap ini digunakan satu dari beberapa larutan asam,

seperti asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), atau asam florida (HF), atau

campuran dari larutan asam tersebut. Jika sampel sudah dalam bentuk larutan,

langkah selanjutnya adalah colorimetry, volumetri atau gravimetri untuk

menentukan unsur-unsur yang diinginkan.

Kisaran konsentrasi unsur-unsur berdasarkan teknik analisis ini adalah:

Metode Konsentrai unsur dalam sampel

Gravimetri rendah - 100%

Volumetri rendah - 100%

Colorimetri ppm - rendah

Keuntungan menggunakan cara basah adalah reaksi dapat terjadi dengan

cepat dan relatif mudah untuk dikerjakan.



Analisis serapan atom (AAS)

AAS (atomic absorption spectroscopy) ini dapat dimasukkan dalam analisis kimia

cara basah karena sampel asli yang akan dianalisis secara sempurna terlarutkan

dalam suatu larutan sebelum dilakukan analisis. Cara ini didasarkan

atas pengamatan panjang gelombang yang dipancarkan suatu unsur atau serapan

suatu panjang gelombang oleh suatu unsur. Dalam perkembangannya

yang terakhir alat ini dilengkapi oleh inductively coupled plasma (ICP) dan

metode ICP-mass spectrometric (ICP-MS).

Sumber energi yang digunakan pada teknik ini adalah lampu katoda dengan

energi berkisar antara cahaya tampak sampai ultraviolet dari spektrum

elektromagnetik. Sampel dalam bentuk larutan dipanas-kan, dengan anggapan

atom-atom akan bebas dari ikatan kimianya. Pada sampel panas dilewatkan

sinar katoda, akan terjadi penyerapan energi yang akan terekam

dalam spektrometer.



Analisis fluoresen sinar X (XRF)

Analisis ini juga dikenal dengan spektrografi emisi sinar X, yang banyak digunakan

untuk laboratorium penelitian yang mempelajari kimia substansi anorganik.

Di samping untuk laboratorium penelitian analisis ini juga digunakan

untuk keperluan industri, seperti: industri tambang (untuk kontrol kualitas

hasil yang akan dipasarkan), industri kaca dan keramik, pabrik logam dan

bahan baku logam, dan dalam perlindungan lingkungan dan pengawasan pulusi.

Pada analisis ini sampel digerus menjadi bubuk dan ditekan dalam bentuk

pelet bundar. Pelet ini nantinya akan ditembak dengan sinar X. Spektrum

emisi sinar X yang dihasilkan merupakan ciri-ciri tiap-tiap unsur yang terkandung

dalam sampel.

Analisis ini dapat digunakan untuk penentuan sebagian besar unsur, dan

juga sangat sensitif untuk penentuan secara tepat beberapa unsur jejak (seperti

Y, Zr, Sr, Rb dalam kisaran ppm).



Electron probe microanalysis

Metode ini didasarkan atas prinsip yang sama dengan analisis fluoresen sinar

X, kecuali energi yang dipakai bukan tabung sinar X tetap digantikan oleh

sinar elektron. Disebut mikroanalisis karena dapat menganalisis baik kualitatif

maupun kuantitatif material dalam jumlah yang sangat sedikit. Sampel

yang dianalisis biasanya berbentuk sayatan yang sudah dikilapkan (polished

section atau polished thin section) dari suatu mineral, batuan atau material

padat yang lain.

Volume minimum yang dapat dianalisis dengan metode ini sekitar 10 sampai

20 fim3, yang dalam satuan berat sekitar 10-11 gram (untuk material silikat).



Analisis spektrografik optis

Spektrograif emisi optik didasarkan pada kenyataan bahwa atom suatu unsur

dapat menghasilkan energi. Ketika energi ini terdispersi, dengan menggunakan

prisma dapat direkam sebagai suatu spektrum. Jumlah garis dan intensitas

garis dalam spektrum yang terekam ditentukan oleh konfigurasi atom.

Analisis kuantitatif dengan teknik ini memerlukan pengukuran terhadap ketajaman

dari garis-garis spektral yang terekam dalam fotograf.





3.2 Sifat-sifat fisik mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat

fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat

fisik mineral tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat

(streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat

jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.





Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dap20

at dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu

tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya

(opak), seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral

tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada

mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan

padanya. Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukanlogam.

Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya.

Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam

atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan-logam

tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat

dibedakan menjadi:



_ Kilap kaca (vitreous luster)

memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit,

kuarsa, halit.



_ Kilap intan (adamantine luster)

memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan



_ Kilap sutera (silky luster)

memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang

mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum



_ Kilap damar (resinous luster)

memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin



_ Kilap mutiara (pearly luster)

memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit

kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.



_ Kilap lemak (greasy luster)

menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin



_ Kilap tanah

kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.





Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif

sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari

skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

Skala Mohs tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4) fluorit, (5) apatit,

(6) feldspar, (7) kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan.



Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau

berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Belahan

adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui

bidang-bidang belahan yang rata dan licin (Gambar 3.1). Bidang belahan

umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.



Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang

tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: (a) pecahan

konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan

(Gambar 3.2); (b) pecahan berserat/fibrus, bila menunjukkan kenampakan

seperti serat, contohnya asbes, augit; (c) pecahan tidak rata, bila memperlihatkan

permukaan yang tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;

(d) pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral

lempung; (e) pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar,

dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;

(f) tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.



Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai

bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas

kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk

kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya

terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi

menjadi beberapa, yaitu:



_ Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai

dimensi sama, isometrik.



_ Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya

ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan

mempunyai struktur fibrus atau berserat.

Photobucket

GAMBAR 3.1: Belahan tiga arah pada gipsum yang dihasilkan dari fragmen semirombohedral

(Hibbard, 2002)


Photobucket


GAMBAR 3.2: Pecahan konkoidal pada beril (Hibbard, 2002



_ Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.

Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.



_ Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti

asikular, filiformis, membilah, dll.



Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,

seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan

atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat

diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur

(elastic), dan fleksibel (flexible).



3.3 Sistematika mineral

Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi

dari Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur

kristalnya. Dana membagi mineral menjadi delapan golongan (Klein & Hurlbut,

1993), yaitu:



1. Unsur murni (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu

unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal,

seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan,

dan grafit.



2. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau

semi-logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2),

proustit (Ag3AsS3), dll



3. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau

hidroksil/air dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit

(Fe3O4), goethit (FeOOH).



4. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,

seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit

(KCl), dan fluorit (CaF2).



5. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam

dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat

(BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak

(Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).

6. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam

dengan anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit

(BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4)



7. Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit

(Pb5Cl(PO4)3)



8. Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan

mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai.

Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya:

kuarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).




Photobucket


GAMBAR 3.3: Beberapa kebiasaan mineral dan asal mulanya (Klein & Hurlbut, 1993)
Mineralogi

Mineralogi



Bab akan menjelaskan gambaran umum mengenai mineralogi,

kimia mineral, sifat-sifat fisik mineral, dan sistematika mineral.

Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan homogen dan hasil

bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta umumnya

berbentuk kristalin. Meskipun demikian ada beberapa bahan yang terjadi

karena penguraian atau perubahan sisa-sisa tumbuhan dan hewan secara

alamiah juga digolongkan ke dalam mineral, seperti batubara, minyak bumi,

tanah diatome.



3.1 Kimia mineral

Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-

19,setelah dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun

1799, teori atom Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis

kimia kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia mineral didasarkan pada

pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan

analisis kimia mineral harus diketaui dengan baik. Analisis kimia kuantitatif

bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang menyusun suatu

substansi dan menentukan jumlah relatif masing-masing unsur tersebut.

Analisis harus lengkap .seluruh unsur-unsur yang ada pada mineral harus

ditentukan. dan harus tepat.



Komposisi kimia sebagian besar mineral yang diketahui, menunjukkan suatu

kisaran tertentu mengenai penyusun dasarnya. Dalam analisis kimia, jumlah

kandungan unsur dalam suatu senyawa dinyatakan dengan persen berat

dan dalam analisis yang lengkap jumlah total persentase penyusunnya harus

100. Namun dalam prakteknya, akibat keterbatasan ketepatan, jumlah 100

merupakan suatu kebetulan; umumnya kisaran 99,5 sampai 100,5 sudah dianggap

sebagai analisis yang baik.



Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral



1. Hukum komposisi tetap

(The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):

"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap"



2. Teori atom Dalton (1805)





1. Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk

seperti bola yang disebut atom.



a) Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur

yang berbeda bersifat berbeda pula.



b) Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.



Teknik analisis mineral secara kimia



Analisis kimia mineral (dan batuan) diperoleh dari beberapa macam teknik

analisis. Sebelum tahun 1947 analisis kuantitatif mineral diperoleh dengan

teknik analisis "basah", yang mana mineral dilarutkan dalam larutan tertentu.

Penentuan unsur-unsur dalam larutan biasanya dipakai satu atau lebih teknikteknik

berikut: (1) ukur warna (colorimetry), (2) analisis volumetri (titrimetri)

dan (3) analisis gravimetri.



Sejak tahun 1960 sebagian besar analisis telah dilakukan dengan teknik instrumental

seperti spektroskop serapan atom, analisis flouresen sinar X, analisis

electron microprobe, dan spektroskop emisi optis. Masing-masing teknik

ini memiliki preparasi sampel yang khusus dan memiliki keterbatasan deteksi

dan kisaran kesalahan sedang - baik. Hasil analisis biasanya ditampilkan

dalam bentuk tabel persen berat dari unsur-unsur atau oksida dalam mineral

yang dianalisis. Teknik analisis basah memberikan determinasi secara kuantitatif

variasi kondisi oksidasi suatu kation (seperti Fe2+ dengan Fe3+) dan juga

untuk determinasi kandungan H2O dari mineral-mineral hidrous. Metode

instrumen umumnya tidak dapat memberikan informasi seperti kondisi oksidasi

atau kehadiran H2O.



Dalam analisis kimia mineral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

analisis kimia kualitatif dan analisis kimia kuantitatif. Analisis kualitatif

menyangkut deteksi dan identifikasi seluruh komposisi dari suatu senyawa.

Analisis kuantitatif meliputi penentuan persen berat (atau parts per million

[ppm]) unsur-unsur dalam suatu senyawa. Dengan demikian kedua analisis

ini akan menjawab pertanyaan "Apa yang dikandung dan berapa besar jumlahnya?".

Analisis kualitatif awal umumnya sangat membantu dalam memutuskan

metode apa yang akan dipakai untuk analisis kuantitatif.



Analisis kimia basah

Cara ini biasanya dilakukan di laboratorium kimia. Setelah sampel digerus

menjadi bubuk, langkah pertama yang dilakukan adalah menguraikan sampel.

Biasanya pada tahap ini digunakan satu dari beberapa larutan asam,

seperti asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), atau asam florida (HF), atau

campuran dari larutan asam tersebut. Jika sampel sudah dalam bentuk larutan,

langkah selanjutnya adalah colorimetry, volumetri atau gravimetri untuk

menentukan unsur-unsur yang diinginkan.

Kisaran konsentrasi unsur-unsur berdasarkan teknik analisis ini adalah:

Metode Konsentrai unsur dalam sampel

Gravimetri rendah - 100%

Volumetri rendah - 100%

Colorimetri ppm - rendah

Keuntungan menggunakan cara basah adalah reaksi dapat terjadi dengan

cepat dan relatif mudah untuk dikerjakan.



Analisis serapan atom (AAS)

AAS (atomic absorption spectroscopy) ini dapat dimasukkan dalam analisis kimia

cara basah karena sampel asli yang akan dianalisis secara sempurna terlarutkan

dalam suatu larutan sebelum dilakukan analisis. Cara ini didasarkan

atas pengamatan panjang gelombang yang dipancarkan suatu unsur atau serapan

suatu panjang gelombang oleh suatu unsur. Dalam perkembangannya

yang terakhir alat ini dilengkapi oleh inductively coupled plasma (ICP) dan

metode ICP-mass spectrometric (ICP-MS).

Sumber energi yang digunakan pada teknik ini adalah lampu katoda dengan

energi berkisar antara cahaya tampak sampai ultraviolet dari spektrum

elektromagnetik. Sampel dalam bentuk larutan dipanas-kan, dengan anggapan

atom-atom akan bebas dari ikatan kimianya. Pada sampel panas dilewatkan

sinar katoda, akan terjadi penyerapan energi yang akan terekam

dalam spektrometer.



Analisis fluoresen sinar X (XRF)

Analisis ini juga dikenal dengan spektrografi emisi sinar X, yang banyak digunakan

untuk laboratorium penelitian yang mempelajari kimia substansi anorganik.

Di samping untuk laboratorium penelitian analisis ini juga digunakan

untuk keperluan industri, seperti: industri tambang (untuk kontrol kualitas

hasil yang akan dipasarkan), industri kaca dan keramik, pabrik logam dan

bahan baku logam, dan dalam perlindungan lingkungan dan pengawasan pulusi.

Pada analisis ini sampel digerus menjadi bubuk dan ditekan dalam bentuk

pelet bundar. Pelet ini nantinya akan ditembak dengan sinar X. Spektrum

emisi sinar X yang dihasilkan merupakan ciri-ciri tiap-tiap unsur yang terkandung

dalam sampel.

Analisis ini dapat digunakan untuk penentuan sebagian besar unsur, dan

juga sangat sensitif untuk penentuan secara tepat beberapa unsur jejak (seperti

Y, Zr, Sr, Rb dalam kisaran ppm).



Electron probe microanalysis

Metode ini didasarkan atas prinsip yang sama dengan analisis fluoresen sinar

X, kecuali energi yang dipakai bukan tabung sinar X tetap digantikan oleh

sinar elektron. Disebut mikroanalisis karena dapat menganalisis baik kualitatif

maupun kuantitatif material dalam jumlah yang sangat sedikit. Sampel

yang dianalisis biasanya berbentuk sayatan yang sudah dikilapkan (polished

section atau polished thin section) dari suatu mineral, batuan atau material

padat yang lain.

Volume minimum yang dapat dianalisis dengan metode ini sekitar 10 sampai

20 fim3, yang dalam satuan berat sekitar 10-11 gram (untuk material silikat).



Analisis spektrografik optis

Spektrograif emisi optik didasarkan pada kenyataan bahwa atom suatu unsur

dapat menghasilkan energi. Ketika energi ini terdispersi, dengan menggunakan

prisma dapat direkam sebagai suatu spektrum. Jumlah garis dan intensitas

garis dalam spektrum yang terekam ditentukan oleh konfigurasi atom.

Analisis kuantitatif dengan teknik ini memerlukan pengukuran terhadap ketajaman

dari garis-garis spektral yang terekam dalam fotograf.





3.2 Sifat-sifat fisik mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat

fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat

fisik mineral tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat

(streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat

jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.





Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dap20

at dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu

tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya

(opak), seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral

tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada

mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan

padanya. Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukanlogam.

Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya.

Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam

atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan-logam

tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat

dibedakan menjadi:



_ Kilap kaca (vitreous luster)

memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit,

kuarsa, halit.



_ Kilap intan (adamantine luster)

memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan



_ Kilap sutera (silky luster)

memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang

mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum



_ Kilap damar (resinous luster)

memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin



_ Kilap mutiara (pearly luster)

memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit

kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.



_ Kilap lemak (greasy luster)

menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin



_ Kilap tanah

kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.





Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif

sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari

skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

Skala Mohs tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4) fluorit, (5) apatit,

(6) feldspar, (7) kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan.



Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau

berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Belahan

adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui

bidang-bidang belahan yang rata dan licin (Gambar 3.1). Bidang belahan

umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.



Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang

tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: (a) pecahan

konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan

(Gambar 3.2); (b) pecahan berserat/fibrus, bila menunjukkan kenampakan

seperti serat, contohnya asbes, augit; (c) pecahan tidak rata, bila memperlihatkan

permukaan yang tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;

(d) pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral

lempung; (e) pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar,

dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;

(f) tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.



Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai

bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas

kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk

kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya

terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi

menjadi beberapa, yaitu:



_ Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai

dimensi sama, isometrik.



_ Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya

ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan

mempunyai struktur fibrus atau berserat.

Photobucket

GAMBAR 3.1: Belahan tiga arah pada gipsum yang dihasilkan dari fragmen semirombohedral

(Hibbard, 2002)


Photobucket


GAMBAR 3.2: Pecahan konkoidal pada beril (Hibbard, 2002



_ Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.

Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.



_ Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti

asikular, filiformis, membilah, dll.



Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,

seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan

atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat

diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur

(elastic), dan fleksibel (flexible).



3.3 Sistematika mineral

Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi

dari Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur

kristalnya. Dana membagi mineral menjadi delapan golongan (Klein & Hurlbut,

1993), yaitu:



1. Unsur murni (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu

unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal,

seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan,

dan grafit.



2. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau

semi-logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2),

proustit (Ag3AsS3), dll



3. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau

hidroksil/air dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit

(Fe3O4), goethit (FeOOH).



4. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,

seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit

(KCl), dan fluorit (CaF2).



5. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam

dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat

(BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak

(Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).

6. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam

dengan anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit

(BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4)



7. Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit

(Pb5Cl(PO4)3)



8. Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan

mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai.

Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya:

kuarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).




Photobucket


GAMBAR 3.3: Beberapa kebiasaan mineral dan asal mulanya (Klein & Hurlbut, 1993)